Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis
tersebut dirumuskan dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan
mengaburkan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional,
jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur
penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.
Menurut sebuah buku Research
Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, Second Edition
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus
memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
1. Hipotesis
diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi.
Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah
yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
2. Hipotesis
harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah
yang benar dan secara operasional.
Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara opeerasional
semua variabel dalam hipotesis dan diketahui
secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
3. Hipotesis
menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif
berarti hipotesis secara jelas menyatakan komdisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya
yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
4. Hipotesis
harus bebas nilai.
Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas
tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam
hipotesis.
5. Hipotesis
harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen
harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid
dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis
dapat diuji denganmetode yang tersedia yang dapat digunakan
untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih ,
bebas nilai, dan spesifik,
serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab
itu, evaluasi hipotesis bergantung pada
eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode observasi , pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
6. Hipotesis
harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan
sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang
sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di
antara variabel dalam istilah arah
(seperti, positif
dan negatif).
Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum.
Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak
bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis
akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana
kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan.
7. Hipotesis
harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang
memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat
secara eksplisit.
REFERENSI
http://syifamilha.blogspot.com/2012/04/hipotesis-dalam-penelitian.html
Creswell, John W, Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches, Second Edition, California : Sage Publication, 2003,
Hal. 73
Leedy, Paul.D. and Jeanne.E. Ormrod. Practical Research: Planning and
Design Research Edisi 8, Ohio : Pearson Merrill Prentice Hall, 2005.
Sakaran, Uma, Research Methods
for Business: A Skill Building Approach, second edition, New York: John
Wiley& Sons, Inc, 1992.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar